Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Tatapan Bapak

"Seberapa penting urusanmu di sana, Nak?" Segera setelah kalimat tanya itu selesai, dengan cekatan aku mengeluarkan kata-kata terbaik yang sudah kupersiapkan jauh sebelum hari ini. Aku tahu, keputusanku untuk pergi akan selalu menimbulkan pertanyaan baginya. Bahkan terkadang wujud pertanyaannya lebih terdengar seperti larangan. Maka sebelum diskusi ini sampai pada kesimpulan bahwa ia melarangku pergi, aku sudah mempersiapkan penjelasan terbaikku. Tak akan kubiarkan ia menemui  cela kata untuk membuatku akhirnya tak kemana-mana. Tekadku bulat. Tatapanku lurus ke depan, berpaling darinya yang duduk tepat di sebelahku. Entah sejak kapan persisnya, aku tak pernah lagi menjalin kontak mata saat berbicara dengannya. Semacam ada yang takut diketahui atas sesuatu yang selalu kutahan agar tak sampai lewat lisan. Tapi meski bgitu, persis saat aku sibuk menjelaskan, hanya dengan sekali lirik, aku tahu ia menatap takzim ke arahku. Matanya seolah mengatakan "putriku sudah dewasa s

Siapa Kita?

Hanya soal salah arena, barangkali. Ikan boleh mengaku perenang handal di laut lepas. Sekali saja bawa ikan ke daratan, tentu tak ada yang bisa ia lakukan selain menggelapar sekarat karena bahkan bernapas pun tak mampu.  Atau, kupu-kupu boleh saja berbangga terbang pamer keindahan ke sana kemari seolah ia yang tercantik di muka bumi. Minta saja kupu-kupu mengibaskan sekali sayapnya ke sungai, kemungkinan ia akan oleng karena sayapnya basah oleh air. Lalu terjatuh, hanyut terseret tak ubahnya daun gugur yang pasrah dibawa arus.  Boleh juga burung unta angkuh atas gelarnya sebagai pelari tercepat di kelasnya. Coba kenalkan dia dengan Elang, barangkali burung unta akan minder ketika berbicara soal langit. Bahkan terbang setinggi pohon saja belum tentu mampu. Soal kesalahan arena, atau katakanlah ketersesatan ini, tidak sedikit mengundang tatapan remeh-temeh, menyepelekan, yang berujung pada pengabaian bahkan berdampak pada keterasingan. Karena tidak semua paham tentang keunikan T

Janji Doodle yang telah Lunas

Doodle iseng di Rumbia Doodle niat sebagai kado ultah Ketika KKN, aku gencar sekali posting doodle di semua akun sosmedku. Seolah-olah sudah jadi makanan sehari-hari. Posting doodle dengan nama orang yang berbeda-beda. Eh ternyata ada yang envy di kejauhan, minta namanya dibuatin doodle jug. Berhubung orang ini sahabat baik, permohonannya di ACC dengan sedikit keisenganku pura-pura nolak. Padahal, di suatu malam aku sempetin ngedoodle alakadarnya pake tinta biru (karena pena hitamnya habis) dan aku kirim malam itu juga (Biar terkesan niat, dan yang dibuatin jadi bahagia). Dan benar, besok pagi doodle biru itu dijadiin DP BBM lengkap dengan captionnya. hihi, jadi merasa berdosa karena responnya sampe segitu padahal doodlenya nggak seberapa. Akhirnya aku tercetus janji kalo suatu hari bakal aku buatin yang gede di kertas karton. Pas 15 oktober, di hari ulang tahunnya aku tebus janjiku. Dengan karakter ekspresifnya, dia selalu berhasil membuat orang yang memberikan sesuatu untukn

Proyek Doodle Dinding Kamar Ian

Aku pernah bilang ke Ian, Anaknya induk semang KKN RB1 Rumbia sebelum pamit pulang.  "Nanti, kalo mbak ke rumah ini lagi, mbak bakal gambarin doodlenya di kamarmu, Dek" Ian excited denger kalimat itu. Daan, di kunjungan keduaku bareng Karlina dan Diara, akhirnya kami kerja Rodi berempat ngecat kamarnya Ian yang kalo kami lagi di situ, kamarnya jadi milik kami bertiga. Hoho.. Ini pengalaman menyenangkan buatku. Ngedoodle di dinding beneran asik walau nggak mudah. Semakin seneng karena setelah selesai, ngeliat wajah cerahnya Ian menatap dinding kamarnya yang dipenuhi monster. Hihi, kapan-kapan kita lannjutin ya gengs,,,

Hari Bersejarahnya Mahasiswi Sejarah

Saengil Chukae Hamnida, Karlinong Proses pembuatan doodle paling dilematis. Haha... Dibalik pembuatan doodle ini, ada rencana sureprise yang hendak diberikan ke yang bersangkutan nun jauh di Rumbia. Yeah, momen ulang tahun Lina pas banget sama rencana kunjungan kami (Aku, Diara, dan Karlina) ke lokasi KKN untuk membayar rindu pasca perpisahan di hari ke empat puluh. Karena momennya pas, akhirnya aku sama Diara niat banget bikin sureprisenya di Rumbia, 3 jam dari bandar lampung. Kenapa dilematis? karena setelah semua rencana kami, tiba-tiba ada halangan yang sempat membuatku cancel ikut mereka ke Rumbia. Beruntunglah, berkat izin Allah, akhirnya di malam hari sebelum keberangkatan aku bisa konfirmasi untuk tetap ikut ke Rumbia. Daaan, pemberian doodle ini disertai pemberian kue yang niat kita bawa dari Bandar lampung, 3 jam melewati jalanan Rumbia yang buruk banget. Aku sebagai pemangku kuenya harap-harap cemas bentuknya hancur karena goncangan di jalan. Tapi alhamdulillah sukses. S

Happy Annive?

Sejatinya gue jomblo karena prinsip. Nggak kenal sama tradisi anniversary ala remaja kasmaran kebanyakan. Tapi berhubung permintaan doodle ini datang dari si koko Herwandi, sahabat karib sejak zaman SMP, mau nggak mau harus bersedia ketika dimintai tolong buatin doodle untuk dia dan kekasihnya. Barangkali ada unsur cinta yang tertular dari pemohonnya kali ya, aku merasa doodle ini jadinya cantik banget. Hehe..

Congraduation Bu Bidan

Untuk penyandang gelar A.Md.Keb, Cak Fit tersayang Jadi, ceritanya, latar belakang pembuatan doodle ini adalah karena merasa berdosa  nggak tahu kabar sahabat masa SMA udah lulus dari sekolah kebidanannya. Tahu-tahu kaget baca status BBM adiknya yang ngucapin selamat atas kelulusannya. Karena keberadaan fisik yang memang jauh, aku cuma bisa minta maaf via BBM. Dan, di kesempatan pulang kampung, aku sempetin buat doodle ini untuk dia.  Semoga suka, Cak...

Doodle KPN?

Requestnya Afat Rada kaget juga, tiba-tiba disamperin seorang teman yang katanya mau berlayar mengikuti program Kapal Pemuda Nusantara. Namanya Afat. Suatu hari dia bilang, butuh doodle untuk kenang-kenangan di KPN. Aku yang pemula ini merasa senang sekali di request gambar untuk kepentingan perjalanannya. Well, atas design request dari yang bersangkutan, jadilah gambar ini. Senang bisa membantu :D

Ajhumma&Nyul's Birthday

Untuk Ajhuma Rahmawati Untuk Unyul alias Yulia Dewi Prastika Ini kado paling telat untuk dua orang tersayang yang ulang tahunnya bulan juli. Tapi karena sibuk KKN PPL, mau tak mau, sureprise baru dikasih setelah bulan september. Parah ya? Enggak kok. Karena yang penting niat dan maknanya. #Ngeles

Doodlle Drama Bangun Cipta

foto diambil di depan kelas XII IPA yang lagi mewek Gara-gara doodle pertama  malam itu, menjelang perpisahan kami kepikiran membuat sesuatu sebagai tanda kami pernah 40 hari di Rumbia.Dan jadilah ganungan kunci ini.. Katakanlah lelah menggambar puluhan jenis doodle yang ukurannya kecil. Tapi, inget momen perpisahan di SMA Bangun Cipta, rasanya benda ini punya makna besar bagi kami dan mereka, murid-murid kami.

First Doodle in Rumbia

I_Pe_Es => Intan Puspita Sari (IPS) Semacam Obsesi? Untuk anak-anak bimbel tercinta  Tentang doodle? Semuanya bermula dari suatu malam di Rumbia, masa-masa KKN. Ceritanya iseng sambil ngobrol sama murid bimbel, eh tangannya main-main di papan tulis. Nggak tahu kenapa, jadilah doodle-doodle ini. Setelah malam itu, di lokasi KKN sering dimintai tolong bikin doodle. Ini jadi alternatif, saat penat melanda saat KKN.

Batal Umroh: Cinta Itu (Selalu) Ada, Nai!

“Umroh?” Mataku terbelalak mendengar tawaran wanita tua di hadapanku. Wanita yang selalu menjanjikan kebahagiaan lewat sorot matanya yang tegas. Bahkan di usia yang sudah lebih dari separuh abad, saat seharusnya akulah yang menawarkan kebahagiaan padanya, ia tetaplah seorang ibu yang selalu ingin mempersembahkan yang terbaik untuk putrinya. “ Aku wes tau ning Mekkah, Nduk. siki giliranmu. 1 ”  Aku mengangguk kegirangan. Refleks memeluk tubuhnya yang sudah tua namun masih terlihat bugar. Di pelukannya, aku meneteskan air mata. Ia pun sama. “Sudah saatnya kamu meninggalkan sejenak kehidupanmu

Sisa-Sisa Hujan

Nanti, biar kuurus sisa-sisa cerita yang terselip dalam rintikmu yang kini hinggap dan menetap di ragaku. Katanya, Aku cuma butuh waktu untuk lupa betapa bising dan menyejukkannya kamu ketika itu, hujan. Dalam rintikmu yang semakin menyerbu, aku butuh menepi. Ya, tenggelam dalam episodemu yang semakin deras adalah kesadaran soal sakitnya disapa olehmu. Derasmu menghujam tanpa ampun. Rintikmu berubah jadi sembilu. Dinginmu semakin menusuk. Aku mundur, dengan sisa kuyup yang tak bisa begitu saja lenyap hanya dengan menyingkir darimu. Lagi, biar kuurus sisa-sisa cerita yang terselip dalam rintikmu yang kini hinggap dan menetap di ragaku, Membiarkan basahnya mengering. Entah karena bulirannya runtuh oleh gravitasi, atau menguap oleh matahari. Hanya saja, aku butuh waktu...

Lomba Resensi Novel Maneken - Sengaji Munkian

Lomba Resensi Ayat-Ayat Cinta 2 - Habiburrahman El-Shirazy