Langsung ke konten utama

Tatapan Bapak

"Seberapa penting urusanmu di sana, Nak?"

Segera setelah kalimat tanya itu selesai, dengan cekatan aku mengeluarkan kata-kata terbaik yang sudah kupersiapkan jauh sebelum hari ini. Aku tahu, keputusanku untuk pergi akan selalu menimbulkan pertanyaan baginya. Bahkan terkadang wujud pertanyaannya lebih terdengar seperti larangan. Maka sebelum diskusi ini sampai pada kesimpulan bahwa ia melarangku pergi, aku sudah mempersiapkan penjelasan terbaikku. Tak akan kubiarkan ia menemui cela kata untuk membuatku akhirnya tak kemana-mana. Tekadku bulat. Tatapanku lurus ke depan, berpaling darinya yang duduk tepat di sebelahku. Entah sejak kapan persisnya, aku tak pernah lagi menjalin kontak mata saat berbicara dengannya. Semacam ada yang takut diketahui atas sesuatu yang selalu kutahan agar tak sampai lewat lisan. Tapi meski bgitu, persis saat aku sibuk menjelaskan, hanya dengan sekali lirik, aku tahu ia menatap takzim ke arahku. Matanya seolah mengatakan "putriku sudah dewasa sekarang". 
Aku? hanya untuk menyadari tatapan itu, dibuat salah tingkah namun semakin terpacu untuk memberikan penjelasan terbaik. Sejak dulu, memang cuma itu impianku. Menunggu hari, dimana tatapannya tak lagi meremehkan dengan dalih aku masih terlalu kecil untuk dijadikan teman diskusi. Hari ini impianku terbayar. Aku sedang duduk dengannya, berdiskusi tentang masa depan.

Kalimatku rampung. Kupikir setelah habis penjelasanku, sensasi deg-degan itu turut berakhir. Ternyata keliru. Hanya demi mendengar responnya yang berjeda hening dengan kalimatku, degupan jantungku semakin terpacu. Ya Tuhan! Apakah bapak setuju?
"Pergilah, Nak. Terpenting kamu tahu persis langkahmu adalah tentang masa depan. Bapak hanya butuh memastikan, bahwa putri bapak selalu melangkah di jalan yang benar. Hari ini bapak tahu, putri bapak sudah dewasa. Sudah mantap berdiri di atas keyakinannya akan mimpi yang akan diraih. Jangan cemaskan kegagalan. Masa depan memang terlalu misteri untuk tidak dikhawatirkan. Tapi kamu memang perlu mencoba hal baru, untuk tahu apakah sesuatu itu memang ditakdirkan untukmu atau tidak. Bapak akan selalu mendukungmu selama pilihan-pilihanmu masih berlandaskan kebaikan."

-sepotong alur-
-Baturaja, sebelum naik bis ke provinsi sebelah-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Novel Pergi- Tere Liye] Tauke Besar, Kemana akan Pergi?

  Judul         : Pergi Penulis       :  Tere Liye Penerbit      : Republika Penerbit Cetakan I    :April, 2018 Tebal buku  : iv+455 halaman “Berangkat, Edwin. Kita harus tiba di Hong Kong malam ini. Aku ada urusan dengan Master Dragon yang belum selesai.” Bagi kalian yang pernah membaca novel Pulang karya Tere Liye terbitan tahun 2015 lalu, tentu tak asing dengan kalimat di atas. Sebaris kalimat penutup yang berhasil membuat pembaca mengkhatamkan novel tersebut dengan otomatis mengeluh “Yah, endingnya gantung!”. Sepertinya, melalui kalimat itu, sang penulis sengaja menciptakan tanda tanya besar di kepala pembaca, untuk kemudian dibuat penasaran, harap-harap cemas menantikan ada atau tidak sekuelnya di kemudian   hari, sekadar menjawab satu pertanyaan yang pasti muncul saat aktivitas membaca terpaksa berakhir:  “ apa kepentingan Bujang menemui Master Dragon di Hong kong? ”. Dan pada April 2018, pertanyaan itu akhirnya akan dijawab. Setelah sebelumnya sempat

Miss Keriting dan Masa Lalunya

Judul Buku: Selena dan Nebula Penulis: Tere Liye Co-author: Diena Yashinta Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit: Cetakan pertama 2020 S-E-L-E-N-A.  Selena lahir di distrik sabit enam, Sebuah perkampungan yang padat, kumuh, dan tertinggal di klan Bulan. Ia terlahir dari orang tua yang miskin. Malangnya lagi, pada usia empat belas tahun ayah Selena meninggal dunia. Lalu menyusul ibunya yang wafat pada tahun berikutnya. Selena resmi menjadi gadis yatim piatu pada usia lima belas tahun. Dari surat wasiat terakhir yang ditulis sang ibu, Selena mengetahui bahwa ia masih punya keluarga di kota Tishri yang berjarak dua ratus kilometer dari tempat tinggalnya. Namanya paman Raf, adik dari sang ibu, pemilik salah satu kantor pekerja konstruksi di kota Tishri. Keseharian keluarga Raf mengerjakan proyek-proyek pembangunan di kota Tishri dan keinginan Selena balas jasa karena hidup menumpang, mengharuskannya untuk turut terlibat dalam pekerjaan konstruksi m

Matahari: Perjalanan Tanpa Misi

Judul Novel         : Matahari Penulis                : Tere Liye Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama Cetakan I            : Juli 2016 Cetakan II            : Agustus 2016 ISBN                    : 978-602-03-3211-6 Tebal buku          : 400 halaman Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orang tuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doctor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya. Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya rahasia kecil.Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan. Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adal