"Seberapa penting urusanmu di sana, Nak?"
Segera setelah kalimat tanya itu selesai, dengan cekatan aku mengeluarkan kata-kata terbaik yang sudah kupersiapkan jauh sebelum hari ini. Aku tahu, keputusanku untuk pergi akan selalu menimbulkan pertanyaan baginya. Bahkan terkadang wujud pertanyaannya lebih terdengar seperti larangan. Maka sebelum diskusi ini sampai pada kesimpulan bahwa ia melarangku pergi, aku sudah mempersiapkan penjelasan terbaikku. Tak akan kubiarkan ia menemui cela kata untuk membuatku akhirnya tak kemana-mana. Tekadku bulat. Tatapanku lurus ke depan, berpaling darinya yang duduk tepat di sebelahku. Entah sejak kapan persisnya, aku tak pernah lagi menjalin kontak mata saat berbicara dengannya. Semacam ada yang takut diketahui atas sesuatu yang selalu kutahan agar tak sampai lewat lisan. Tapi meski bgitu, persis saat aku sibuk menjelaskan, hanya dengan sekali lirik, aku tahu ia menatap takzim ke arahku. Matanya seolah mengatakan "putriku sudah dewasa sekarang".
Aku? hanya untuk menyadari tatapan itu, dibuat salah tingkah namun semakin terpacu untuk memberikan penjelasan terbaik. Sejak dulu, memang cuma itu impianku. Menunggu hari, dimana tatapannya tak lagi meremehkan dengan dalih aku masih terlalu kecil untuk dijadikan teman diskusi. Hari ini impianku terbayar. Aku sedang duduk dengannya, berdiskusi tentang masa depan.
Kalimatku rampung. Kupikir setelah habis penjelasanku, sensasi deg-degan itu turut berakhir. Ternyata keliru. Hanya demi mendengar responnya yang berjeda hening dengan kalimatku, degupan jantungku semakin terpacu. Ya Tuhan! Apakah bapak setuju?
"Pergilah, Nak. Terpenting kamu tahu persis langkahmu adalah tentang masa depan. Bapak hanya butuh memastikan, bahwa putri bapak selalu melangkah di jalan yang benar. Hari ini bapak tahu, putri bapak sudah dewasa. Sudah mantap berdiri di atas keyakinannya akan mimpi yang akan diraih. Jangan cemaskan kegagalan. Masa depan memang terlalu misteri untuk tidak dikhawatirkan. Tapi kamu memang perlu mencoba hal baru, untuk tahu apakah sesuatu itu memang ditakdirkan untukmu atau tidak. Bapak akan selalu mendukungmu selama pilihan-pilihanmu masih berlandaskan kebaikan."
-sepotong alur-
-Baturaja, sebelum naik bis ke provinsi sebelah-
Komentar
Posting Komentar