Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

langit kanvas cinta

jika langit kanvas cinta pantas saja aku menatap mentari fajar dengan gemetar entah terpesona, entah terkesima lalu waktu menyeretnya semakin tinggi semakin panas meradang lalu aku jengah berharap ia segera menghilang namun entah, ketika awan hitam menyelimuti sinarnya aku kehilangan tanpa sadar , rintik hujan perlahaan turun jatuh satu persatu menyampaikan cinta dalam tiap tetesnya semakin deras, semakin ramai, semakin tak ingin rintiknya berakhir aku tau rintiknya gaduh, tapi bagiku itu teduh dan itu merdu tapi lagi-lagi tentang waktu hujan tak akan terus jatuh kala rintiknya mereda meninggalkan basah dan tinggal dingin yang tersisa terus terang aku resah aku menunggu barangkali ia turun kembali atau mentari akan menghapus jejaknya atau justru pelangi yang akan menawarkan indahnya
aku hanya sedang mencoba untuk setia pada seseorang yang telah digariskan Tuhan untukku.walau aku tak tau siapa. siapapun dia, dimanapun keberadaannya. mungkin orangnya berada nunjauh entah dimana, atau mungkin ternyata orang yang paling dekat kebeeradaannya denganku... entahlah.. #garisbawah

sepotong kata untuk bunda

aq maklum dan sangat paham jika memang ada buliran air mata yang harus atau mungkin terpksa ia jatuhkan.. tapi untuk sebuah senyuman?  aq masih perlu ribuan alasan atau mungkin kebohongan untuk bisa menyebutnya sebagai senyum kebahagiaan. entah hati dan logika yg belum sampai pada taraf penerimaan hidup yang sesungguhnya, entah hati kapas atau baja yang terbalut dalam raganya yang sudah mulai rent a yang aku tau, tatapannya sendu menyampaikan kelembutan, kasih syg, keteduhan, pengorbanan, dan ketulusan yang tak terbilang adapula keteguhan hati yang benar" tak sembarang bisa dirobohkan meski jelas, ada guratan retak diberbagai sisinya andai saja pemiliknya bukan dia, mungkin sudah pecah berserakan bahkan mungkin memecahkan harapan pada hati dibawah naungannya..

Hujan

Selamat sore hujan, Terimakasih... untuk mau menjatuhkan diri pada ragaku untuk teduh yang menyapa lewat tiap tetes yang jatuh untuk sejuk yang meruntuhkan hingar bingar penat dan gerah dalam jiwaku Boleh aku titip sesuatu pada tetesan lain yang jatuh pada  raga seseorang? Sampaikan saja teduh hati ini padanya, Seperti teduhnya tetesanmu, hujan. Biarkan dia paham betapa teduh saat bersamanya Biarkan dia paham betapa sejuk di sapa olehnya

sudah kucari dan tak ada

aku sudah mencari, tapi tak ada... tak ada mata yang berbinar, tak ada tatapan besinar, logika sudah berkata, semua masih dalam batas kewajaran, duhai perasaan, kenapa memilih menghempaskan diri pada keadaan yang sama yang indah itu hanya dalam sudut pandangmu saja, tatapannya masih sama, kenapa mencari diri sendiri dalam mata orang lain. kau tak lihat, sudah ada sebuah nama didalam sana. dan itu bukan kau!

Hati yang Ditinggal

sampai getir perih ini belum sirna sempurna, justru datang calon perih yang baru tiba dengan sebuah tawa kebahagiaan, kemudian menerbangkan sejuta angan menembus awan, tapi atmosfir, akan selalu membakar yang melaluinya. seperti itukah selalu? kau mana tau dampak bagi hati yang aku punya kau hanya bertingkah seperti seharusnya begitu katamu tapi aku. hatiku tak cukup kuat menerima 'keseharusan' itu dampaknya butuh pertangguung jawaban jika tidak, maka lagi-lagi, ini menjadi hati yang ditinggal

katanya

katanya, medirikan pagar pelindung hati tapi saat ada yang berusaha mencuri pintunya malah dibuka selebar-lebarnya katanya, hatinya belum ingin diisi, ttapi bahkan saat tengah kosong hatinya justru penuh dengan asa dan rasa yang tak pasti katanya, hati pandai memilih tapi menyingkirkan sebuah nama pun merasa perih hey pemilik hati, senyum tak selalu harapan baik tak selalu sayang perhatian pun tak selalu cinta diberi senyum kau terpana, ada yang bersikap baik kau terkesima, apalagi ada yang begitu perhatian bahkan kau membunuh logika katanya, tak mau terluka tapi hati saja tak bisa dijaga
membenci atau menyayangi? pernahkah terfikir olehmu? ketika kau tak mampu memutuskan sesuatu sementara kau diberikan dua pilihan yang keduanya adalah hal yang bertolak belakang lalu kau bukan memilih membenci "atau" menyayangi tapi justru membenci "dan" menyayangi.. kau tak pernah paham kenapa memilih keduanya yang kau tau hanya keharusan untuk memilih keduanya kau membenci, karena kau tau ada luka yang menyayat hati kau menyayangi, karena takdir mengalirkan perasaan itu dalam hati tapi lagi-lagi, kedua hal bertolak belakang yang dipaksakan seiring sejalan sama halnya menumbuhkan sebuah konflik dan itu sakit!!!
ibarat tepung dan air dalam suatu gelas, sebesar apapun usaha untuk menjadikannya menyatu menjadi sebuah larutan, tetap saja akan terpisah. butiran tepung hanya bisa berdampingan dengan air tenggelam didasarnya, tak bisa menyatu, tak pernah larut menjadi larutan. tepung itu hanya bisa menjadi dirinya sendiri. tak pula dapat menciptakan jarak untuk pergi...
aku melirik sofa yang ia duduki. sofa itu masih cukup untuk satu orang. sungguh, aku benar-benar ingin duduk disana ,disampingnya. namun aku khawatir tak mampu mngontrol perasaanku, hingga nantinya orang lain mngetahui perasaanku padanya. dan yang sangat aku khawatirkan, ketika aku duduk disana, dia justru bangkit dan pergi. "ehem, capek loh berdiri dari tadi" ujarku mencoba menutupi sebuah rasa yang sedang memenuhi hatiku sembari duduk di sofa itu. satu dua tiga empat lima, dia tak juga pergi. bagus, tetaplah disitu. aku masih ingin dekat denganmu, jangan pergi, jangan biarkan jantung ini berdetak leih cepat karen kecewa ditinggalkan olehmu disini. aku menoleh padanya. belum sempat aku memulai sebuah senyuman. ia lebih dulu menyungginkan sebuah senyuman. ya tuhan, plis. jangan tersenyum seperti ini.ya tuhan,, ada apa dengan jantung ini. kenapa berdetak begitu cepat... ya tuhan hanya sebuah senyuman, efeknya bisa separah itu?
bisakah kau pahami makna setiap snyuman yang aku lukiskan ketika berhadapan denganmu atau semua perlakuan yang menunjukkan rasa perhatianku padamu aku tak punya kemampuan dan keberanian untuk menyampaikan makna semua itu ketahuilah ada asa yang aku sematkan setiap kali tersenyum padamu asa untuk dicintai dan disayangi sebagai milikmu namun nampaknya rasa dan asa ini hanya ada dalam diriku membuatku hanya bisa menyimpannya menyembunyikannya dan hanya mampu menelan pahitnya saat kau justru menjatuhkan hatimu pada yang lain
sebuah teori sederhana.. tentang bumi, bulan, matahari, dan cinta pelaku utamanya adalah bumi.. adanya bulan dan matahari dalam hidupnya adalah sebuah takdir.. siang dan malam, gelap dan terang, panas dan dingin, dinamika musim dan cuaca, bumi merasakan semuanya.. sebagai dampak keberadaannya diantara keduanya... pertemuan dengan kedua manusia itu, mengajarkanku rasanya bahagia dan luka dikenal, dicintai dan dilupakan  diperhatikan dan diabaikan mengungkap dan merahasiakan kebersamaan dan kenangan, komitmen dan penyesalan bumi dan matahari adanya matahari baginya adalah untuk sebuah kehidupan didalamnya bumi merasakan sebuah ketulusan dan kehangatan dari sinar yang dipancarkan matahari bumi berevolusi mengamati matahari dari berbagai sisi namun mendapati dirinya tak bisa lebih dekat ataupun menjauh dari matahari sebuah jarak telah ditentukan takdir terlalu dekat dengan matahari menghasilkan panas yang berlebih menjauh bahkan pergi dari matahari akan menggelapka