Rinai tersenyum
menerima sebungkus Cornetto dari tangan sahabat karibnya, Awan.
Segala bentuk
pemberian Awan adalah spesial baginya. Terlebih sebuah es krim coklat. Menurutnya,
sebuah kesengajaan bagi Awan memilih
rasa coklat karena sudah sangat memahami hal-hal yang menjadi favoritnya. Senda
gurau mereka berdua begitu padu dengan rasa manis es krim yang mereka nikmati.
Seandainya
Awan paham, bahwa momen seperti ini selalu menjadi pemicu kesadaran Rinai akan
perasaan yang sedang ia sembunyikan.
“sst, Dinda
nelepon. Bisa ngamuk dia kalo tau aku lagi becanda sama cewek” Awan meminta Rinai menahan tawanya.
Kalimat itu
adalah batas jelas persahabatan yang mereka jalin. Rinai paham, sedekat apapun
Awan baginya. Awan tetaplah jauh dari kemungkinan memiliki perasaan yang sama. Sudah
ada sebuah nama di dalam hatinya, dan itu bukan Rinai.
****
(entah kenapa sepertinya kisah ini sesuai dengan lirik lagu Afgan-Jauh, tantangan nulis #FiksiLaguku dari Kampus Fiksi)
Komentar
Posting Komentar