Tentang sebuah tempat yang ingin aku kunjungi. Katanya, mesti yang terjauh.
Hmm, sebelum kusebutkan nama tempatnya, izinkan aku menjelaskan definisi kata jauh dalam presepsiku.
kata jauh, jika sudut pandangnya tak sesempit jarak fisik, seharusnya tidak hanya tentang sebuah tempat yang berada ribuan bahkan milyaran kilometer dari posisiku berdiri kan? Satu senti pun jaraknya, bisa saja aku menyebutnya tempat terjauh. Maaf, kacamataku memang sedikit berbeda.
Lalu?
Hfft, Baiklah, rupanya kau tak sabaran. Langsung saja akan kusebutkan tempatnya, lalu semoga kau paham maksudku.
Jangan terkejut, karena tempat terjauh itu adalah rumahmu. Iya, kamu! Aku tahu, jika dihitung menggunakan speedometer di motor sebagai akses menuju rumahmu, tak akan menggulirkan angkanya sampai 50 kilometer. Ke rumahmu mungkin hanya membutuhkan lima belas sampai duapuluh menit sebagai waktu tempuh. Itupun jika terjebak macet di lampu merah kota pada waktu sibuk. Seharusnya bisa lebih cepat. Hei, kondisi itu sebenarnya akan membuatku fatal keliru menyebut rumahmu sebagai tempat terjauh.iya kan?
Tapi, kenyataannya, aku tak pernah mampu untuk tiba ke sana. Berkali-kali melewati jalan yang sama, namun tak jua mampu kedua kakiku berpijak bahkan sekadar di pekaranganmu saja. Kenapa? Karena aku terlalu pengecut untuk konkret menjadikan rumahmu sebagai tempat tujuan. Ya, aku tak punya keberanian untuk ke sana. Entah. Disebabkan ketakpercayaan diriku, jarak ke rumahmu mendadak lebih jauh dari jarak pluto ke matahari. Menjadi mustahil sekali untuk tiba di sana, Mengutarakan mauku, lalu sudah, jarak itu akan terpangkas sendiri. Malangnya, aku tetap seorang pecundang.
Dekat fisik menjadi sia-sia jika tak pernah dekat secara batin. Itu sedang terjadi pada kita. Aku sedang merayu Tuhan untuk membantuku mengumpulkan keberanian agar dekatnya tak hanya fisik, tapi juga batin. Kamu, tetaplah di situ. Sekarang dan entah sampai kapan, kamu mungkin akan selalu nampak jauh, tapi kamu akan selalu menjadi tempatku menuju.
-Bandar lampung, menuju pergantian hari-
#daysWritingChallenge
#kampusfiksi
#basabasistore
#hari2
#TemparTerjauh
Hmm, sebelum kusebutkan nama tempatnya, izinkan aku menjelaskan definisi kata jauh dalam presepsiku.
kata jauh, jika sudut pandangnya tak sesempit jarak fisik, seharusnya tidak hanya tentang sebuah tempat yang berada ribuan bahkan milyaran kilometer dari posisiku berdiri kan? Satu senti pun jaraknya, bisa saja aku menyebutnya tempat terjauh. Maaf, kacamataku memang sedikit berbeda.
Lalu?
Hfft, Baiklah, rupanya kau tak sabaran. Langsung saja akan kusebutkan tempatnya, lalu semoga kau paham maksudku.
Jangan terkejut, karena tempat terjauh itu adalah rumahmu. Iya, kamu! Aku tahu, jika dihitung menggunakan speedometer di motor sebagai akses menuju rumahmu, tak akan menggulirkan angkanya sampai 50 kilometer. Ke rumahmu mungkin hanya membutuhkan lima belas sampai duapuluh menit sebagai waktu tempuh. Itupun jika terjebak macet di lampu merah kota pada waktu sibuk. Seharusnya bisa lebih cepat. Hei, kondisi itu sebenarnya akan membuatku fatal keliru menyebut rumahmu sebagai tempat terjauh.iya kan?
Tapi, kenyataannya, aku tak pernah mampu untuk tiba ke sana. Berkali-kali melewati jalan yang sama, namun tak jua mampu kedua kakiku berpijak bahkan sekadar di pekaranganmu saja. Kenapa? Karena aku terlalu pengecut untuk konkret menjadikan rumahmu sebagai tempat tujuan. Ya, aku tak punya keberanian untuk ke sana. Entah. Disebabkan ketakpercayaan diriku, jarak ke rumahmu mendadak lebih jauh dari jarak pluto ke matahari. Menjadi mustahil sekali untuk tiba di sana, Mengutarakan mauku, lalu sudah, jarak itu akan terpangkas sendiri. Malangnya, aku tetap seorang pecundang.
Dekat fisik menjadi sia-sia jika tak pernah dekat secara batin. Itu sedang terjadi pada kita. Aku sedang merayu Tuhan untuk membantuku mengumpulkan keberanian agar dekatnya tak hanya fisik, tapi juga batin. Kamu, tetaplah di situ. Sekarang dan entah sampai kapan, kamu mungkin akan selalu nampak jauh, tapi kamu akan selalu menjadi tempatku menuju.
-Bandar lampung, menuju pergantian hari-
#daysWritingChallenge
#kampusfiksi
#basabasistore
#hari2
#TemparTerjauh
Wih, sweet sekali. Btw, definisi jarak bagi tiap individu juga tak selalu sama. Saya juga sependapat meski jaran sesenti bisa dikatakan jauh. hehe.
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya ya Kak :D https://www.wattpad.com/384155172-asal-kamu-bahagia-2nd-tempat-terjauh Makasih, kritik saran selalu ditunggu
Keren kak, salam kenal :)
BalasHapus